Dimanakah Allah Itu Berada ?

0

Sebuah Cerita, Ketika Seorang Ustadz Ditanya: "Dimanakah Allah?"

Seorang kakek tak dikenal nampak hadir dalam sebuah majelis pengajian yang dipimpin oleh seorang Ustadz muda, kakek misterius itu terus menyimak hingga usailah pengajian. Lantas sang kakek tersebut menghampiri sang Ustadz muda & berkata: “Anakku, tadi engkau menyampaikan ceramah tentang Aqidah, tentang Allah. Boleh kakek bertanya? D...imanakah Allah itu?” Sebuah pertanyaan yang membuat sang Ustad muda berfikir, apa perlunya kakek ini menanyakan hal itu?

Sebenarnya sang Ustadz muda tersebut hendak menjawab bahwa Allah bersemayam di atas 'Arsy, namun ia sadar bahwa jawaban inipun adalah merupakan hasil persepsi manusia yang melogiskan makna Isytawa. Maka ia pun merenung sejenak, lantas teringatlah pesan Gurunya bahwa jika ada yang bertanya, dimana pertanyaan itu sifatnya bukan sebab ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu persis jawabannya maka berikanlah jawaban seperti ini: “Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”.

Kakek itupun manggut-manggut, sambil tertunduk beliau bertanya lagi..

“Anakku, coba ambilkan Pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api disumbunya) Boleh kakek bertanya? Kapankah lampu minyak ini disebut Pelita? “

Kembali sang Ustad memberikan jawaban “Kakek, saya tidak bisa menjawabnya, mohon terangkanlah pada saya”.

Sang Kakek bukan malah menjawabnya tetapi memberikan pertanyaan baru lagi “Jika kakek tiup Api diatas pelita ini, (sang kakek kembali bertanya) Tahukah engkau anakku, kemana perginya Api Itu?”

Allahu Akbar! Teriak bathin sang Ustad, selama ini ia tidak pernah berfikir tentang kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup. Kemana perginya sang api, dia bahkan tidak berbekas sama sekali.

Kembali ia menjawab “Saya tak tahu kek, mohon jelaskan pada saya.”

Kembali Kakek itu tidak menjawab, beliau justru menanyakan nama si Ustad “Nak, namamu siapa?”, ia jawab “Abdullah...”, beliau manggut-manggut lagi. Ia pun bertambah heran saja dengan kakek ini yang entah dari mana datangnya. “Boleh kakek bertanya lagi, dimana Abdullah Itu?”

Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini ia menjawab “Di depan kakek , inilah Abdullah!”

Sang kakek hanya geleng-geleng kepala dan tercenung sejenak, sang Ustad mudapun terbawa suasana merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba beliau menepuk bahunya dan memanggil namanya “Abdullah…….!”.

Ia jawab dengan spontan “Iya kek!”

Kakek itu tersenyum lebar dan kemudian mengatakan :

“Anakku, barusan kakek merasakan adanya Abdullah, karena rupanya bagimu Abdullah itu 'tidak ada'. Jika kau pegang tanganmu, itu tangan Abdullah..! Jika kau pegang keningmu, itu kening Abdullah..! Jika kau pegang kepalamu, itu kepala Abdullah..! Jika kau pegang tangan dan kakimu, itu adalah tangan dan kaki Abdullah! Lalu….. DIMANAKAH ABDULLAH ITU?! Abdullah Itu ada saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu, sehingga banyak orang menyebut namamu Anakku...!”

"Demikianlah perumpamaan Allah Swt, sesungguhnya Allah itu sudah ada sebelum apapun ada dimuka bumi ini, Allah itu sudah ada bahkan jikapun bumi, langit, & arsy tidak diciptakan oleh-Nya. Tapi Allah itu 'tak ada' bagimu jika kamu tak pernah mengerti tentang-NYA! Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Allah, yg kau sebut Api itu Api ciptaan Allah. Yang kau sebut Air, itu juga adalah Air Ciptaan Allah, lalu dimanakah Allah?

Dimanakah Allah? Allah itu ada bagimu, bila engkau selalu menyebut nama-NYA, kau dzikirkan disetiap hembusan nafasmu, maka Dia selalu ada bersamamu, maka Allah itu Ada Bagimu. Karena ada dan tak adanya dirimu, Allah Itu Tetap Ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang lebar.

Subhanallahi wabihamdih, pagi Ramadhan yang indah bagi si Ustad muda, sebuah ilmu yang tidak mungkin ia dapatkan di bangku kuliahan...

Sebelum perpisahan dengan kakek itu , ia masih penasaran dengan perumpamaan Pelita yang ditanyakan tadi, sang Kakek lanjut menjelaskan “Pelita itu tidak bisa kamu sebut Pelita tanpa ada Apinya. Ketika Pelita itu tak ada Apinya dia hanya bisa disebut kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja."

"Baru bisa kau sebut Pelita apabila kau berikan Api di sumbunya!"

Ini bermakna: "Demikianlah manusia, ketika ruhnya tiada, maka ia bagaikan mayat/bangkai yang berjalan. Yang sesungguhnya perlu kau hidupkan setiap hari adalah kesadaran jiwamu, sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat bagi sekitarmu.”

Allahu Akbar! Teriak batin si Ustad muda.

Kembali sebuah nasehat yang luar biasa di Ramadhan ini bagi nya, dan ketika sebelum ia cium tangannya, sang Kakek ini membisikan ke telinganya “Anakku, ingatlah saat Api diatas pelita itu ditiup, Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi, bahkan bentuk maupun rasa sudah tak bisa kau lihat. Bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya Api itu, kau tak akan bisa menjawabnya. Demikianlah dengan RUH anakku, saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun , dia gaib sebagaimana Dzat yang menciptakannya, DIA-lah ALLAH Swt. Maka rawatlah dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu, Assalamualaikum..”

“Wa’alaikumsalam” jawab si Ustad sembari menitikan air mata, “Ya Allah, Ramadhan kali ini terasa indah bagiku, hamba ingin bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan Ya Allah” ia berdoa dalam hati..

Hingga hari ini, ia tidak menemukan bahkan tidak pernah mengenal nama kakek itu & tak pernah ia lihat lagi seumur hidupnya.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*) Sesungguhnya Allah Swt telah memproklamirkan diri-Nya selalu 'dekat' dengan hamba-Nya, dengan derajat kedekatan yang hanya Dia sendiri yang mengetahuinya.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia berdo'a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam (tuntunan) kebenaran." (QS. Al Baqarah : 186)

0 Comments:

Posting Komentar

Anak baik selalu ninggalin komentar tiap abis baca :')

Tapi teserah deh, ya.

Yang penting komyen ~